Sepucuk Surat Untuk Ayah
March 07, 2016
Ayah,
dimasa itu aku juga selalu tidur dengan Ayah dan selalu mencium perut Ayah.
Meniup perut Ayah sampai mengeluarkan bunyi mirip suara kentut lalu aku, Ayah,
Ibu, Abang dan Kakak tertawa berbarengan. Dan Ayah selalu menuduh kalau aku
yang kentut. Hal itu selalu aku lakukan setiap menjelang waktu tidur.
Musim
turun sawah menjadi hal aku senangi. Kita sekeluarga tidur di pondok di tengah
sawah. Tidak ada listrik sama sekali. Hanya ada obor minyak dan api unggun yang
Ayah nyalakan di samping pondok agar tidak ada nyamuk dan asapnya masih tetap
ada hingga esok paginya. Dan yang paling seru menjadi favoritku disawah saat
selepas sholat isya selalu ada sesi sahut-menyahut antara sesama pondok yang
satu dengan yang lainnya. Aku selalu berteriak dengan sekuat-kuatnya. Hoooakkk,
lalu suara dari pondok lain menyahut pula, hoooakkk, dan aku membalas dengan
suara yang lebih keras. Saat aku bertanya kepada Ayah kenapa kita harus
teriak-teriak, Ayah mengatakan supaya kita tahu siapa saja yang malam ini tidur
di pondok-pondok sawah.
Saat
aku mulai remaja. Jarak diantara kita semakin renggang. Saya sering membantah
omongan Ayah tetapi Ayah tidak pernah memarahiku atau memukulku. Ayah selalu
diam lalu pergi dengan raut muka yang sedih. Disaat ayah pergi Ibu pasti selalu
memarahiku habis-habisan dan sesekali mencubitku.
Ayah,
aku ingin mengulang masa-masa kecil dengan Ayah. Bersenda gurau dengan Ayah.
Mencari buah mangga di saat shubuh supaya tidak keduluan sama Abang dan Kakak.
Mencari lokan (kerang) di pinggiran sungai. Mengambil tebu di dekat pondok sawah Nenek. Lalu saat Nenek
melihat serabut tebu yang berceceran Nenek selalu berteriak ada maling,,,ada
maling,,, dan ayah mengatakan kepada Nenek kalau aku malingnya. Dan seisi pondok
menghakimiku, mulai dari Abang, Kakak, hingga Ibu. Tetapi akhirnya Ayah menjadi
hero-ku dengan memelukku dan mengatakan mana mungkin anak Ayah yang item manis
ini jadi maling. Anak ayah ini nanti pasti jadi ABRI. Walaupun saat itu aku
masih belum tau apa itu ABRI tetapi setiap kali guru menanyaiku di sekolah
tentang apa cita-citamu aku selalu menjawab aku ingin menjadi ABRI.
Ayah.
Sekarang apa yang terjadi dengan Ibu, Abang, Kakak, si adik yang bungsu juga. Ibu
menasehatiku supaya tidak sering-sering menjenguk Ayah. Padahal aku ingin
setiap hari bersama Ayah dan bersendau gurau dengan Ayah. Saat selepas sholat
jumat misalnya, aku selalu berkunjung kerumah Ayah dan bersendau gurau dengan
Ayah hingga sore. Tetapi Ibu datang menyusul dan mengajakku pulang dan meninggalkan
Ayah sendirian. Kata Ibu biarkan Ayah tidur nyenyak.
Ayah,
bilangin sama Ibu supaya tidak melarangku lagi untuk bertemu dengan Ayah.
Mengunjungi rumah ayah. Tetapi Ayah tidak mau mengatakannya kepada Ibu. Ayah
dulu selalu berjanji kalau aku dapat nilai 100 disekolah Ayah akan
menggendongku dan mengajakku bermain. Kini aku sering mendapat nilai 100 agar Ayah
menggendongku dan mengajakku bermain. Aku melihatkannya kepada Ayah tetapi Ayah
tidak mau menggendongku dan mengajakku bermain.
Ayah,
kata orang aku mulai depresi. Apa yang salah dengan orang-orang Ayah. Apa aku
salah menemani dan bersenda gurau dengan Ayah. Bahkan Ayah pun sekarang tidak
mau lagi bicara denganku. Tetapi aku selalu datang mengunjungi Ayah.
Saat
aku mengajak Ayah bicara Ayah tidak menyahutku sama sekali, disitulah aku
menangis tersedu-sedu sambil memeluk batu nisan Ayah.
Ayah,
kini aku tumbuh menjadi dewasa ayah. Ayah tidak mau melihatku sekarang ini.
Ayah, anakmu yang item manis ini sudah mengerti semuanya. Makna hidup yang
sesungguhnya. Aku sudah mengerti kehidupan ini dan Ayah telah pergi di panggil
oleh Yang Maha Kuasa. Mungkin esok hari aku juga akan menyusul Ayah. Jika nanti
aku dipanggil Tuhan, aku ingin tidur disamping Ayah. Dikuburkan disamping
kuburan Ayah. Jadi kita akan tidur nyenyak bersama-sama.
Ayah,
Aku sayang Ayah,
Aku selalu memimpikan
Ayah, dalam mimpiku Ayah selalu mengajakku selfie ala anak muda sekarang.
Padahal aku tahu kalau Ayah paling tidak mau di foto, bahkan foto untuk KTP
saja Ayah dimarah-marahi Ibu dulu baru Ayah mau berfoto.
Setiap sujudku aku
selalu mendoakan Ayah semoga Tuhan Memberikan tempat dan membangunkan istana di
surga untuk Ayah.
0 comments