My Trip In Sabang
April 19, 2016
Sabang. Mengenal nama sabang dulunya hanya sebatas di lagu saja. Saya masih ingat lirik lagu itu kurang lebih seperti ini, dari Sabang sampai Merauke berjejer pulau-pulau. Benar atau salah ya, Homlah. Udah lupa, hehe. Awalnya saya tidak terlalu penasaran dengan nama Sabang. Apa yang ada di Sabang saya juga tak peduli. Toh, itu hanya pulau kecil. Eisss tunggu dulu. Itu sebelum saya tau bagaimana keadaan di Sabang. Sudah memasuki tahun ketiga kuliah di Aceh, kamu belum pernah ke Sabang, waduh rugi dong kalau belum pernah ke Sabang. Itu terlontar dari ejekan teman-teman saya yang ada di Medan saat saya balik ke Medan. Walaupun demikian saya tetap tidak tertarik ke Sabang, takut tsunami, hehe. Masih ingat-ingat terus dengan kejadian tsunami 2004 silam.
Terus apa yang membuat saya akhirnya menjejakkan kaki juga ke Sabang. Awalnya abang angkat saya, bang An membawa sebuah novel yang sampulnya tertulis Sunset In Weh Island. Karna dia dosen bahasa Inggris aku kurang tertarik dengan koleksi bukunya yang satu itu. Pasti isinya bahasa Inggris semua yang bikin pusing. Saat saya duduk-duduk diruang tengah, saya melihat lagi buku itu terletak di atas meja yang berada di depan kamar bang An. Dari pada gak ada kerjaan saya bolak balik buku itu. Eh ternyata bahasa Indonesia, akhirnya jadi juga saya baca buku ini. Dari buku ini saya mulai tertarik untuk mengunjungi Sabang. Latar yang digambarkan dalam buku ini sepertinya sangat bagus. Saya mulai cari referensi-referensi tentang Sabang di Internet. Wow, yang benar saja. Yang keluar dari pencarian dengan nama Sabang di Om google objek wisata yang super mengagumkan. Semakin searching makin banyak, nonton youtube dan masuk grup chating tentang Sabang, saya semakin tak tertahan untuk ke Sabang. Akhirnya saya gombal deh beberapa teman cowok agar mau ikut dengan saya ke Sabang. 3 orang teman-teman mau mengikuti rencana jahat saya untuk ke Sabang. Hehe. Gak ada field trip apa-apa, tempat mana aja yang dikunjungi, nginap dimana nantinya disana, bagaimana pesan tiket kapal kesana. Semuanya serba mendadak. Jumat, 06.00 wib kami mulai bergerak menuju pelabuhan Ulee Lheu. Dengan menggunakan 2 sepeda motor kami berboncengan. Jarak tempuh Darussalam-Ulee Lheu cuma sekitar 15 menit, kami kira kami yang datang awal ke pelabuhan Ulee Lheu nya karna kata teman saya malam sebelum keberangkatan ini, kapal pagi berangkat jam 08:00 wib. Ternyata ketika sampai di pelabuhan sudah ramai orang yang ngantri. Wah, amazing kali ni kayaknya Sabang. Setelah antri dan cukup lama dan rasa was-was takut motor kami tak kebagian tempat dikapal karena penuh, akhirnya masuk juga deh si odong-odong itu.
Seperti inilah keadaan dalam kapal, padat kan. Gimana gak cemas kalau motor belum masuk, bisa batal deh ke Sabangnya. Kalau gak bawa motor, masuknya sih gampang tanpa ada antri apa-apa. Tapi karna kami bawa motor harus antri deh. Kami sengaja bawa motor supaya ngetrip di sana makin jos, hehe. Gak terhalang sama kendaraan, jadi kemana-mana enak. Dan saran saya untuk teman-teman yang ingin kesabang lebih baik bawa kendaraan pribadi karna disana sangat minim angkutan umumnya.
Ni saya lampirkan beberapa kondisi dalam kapal:)
Asik ni soalnya ada TV nya juga. Yeee, bisa nonton Uttaran juga. hehe
Tempat duduk penumpang Lantai 2
Kalau mau di atas juga boleh dan saran saya lebih baik pilih duduk diatas. Soalnya kita bisa lihat pemandangan keindahan samudera Hindianya.
Lantai 3 Atas
Lantai 3 Atas
Oiya, ni saya liatin penampakan teman-teman ngtrip bareng ke Sabang. hehe
Nonton Uttaran
Haris : Mabok Laut abang dek :)
Setelah menempuh jarak kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai juga di Pelabuhan Balohan Sabang. Awal sampai di Sabang kami langsung menuju kota. Jarak dari pelabuhan ke kota cukup jauh, menghabiskan waktu sekitar setengah jam (motornya nyantai). Karna hari jumat kami memilih istirahat di mesjid saja sekalian jumatan. Kebetulan di mesjidnya lagi ada 2 petugas yang sedang bersih-bersih mesjid dan kami ikut membantu mereka. Setelah sholat jumat kami keliling-keliling daerah kota dan sekalian cari penginapan. Karna jadwal kami bertepatan dengan weekend maka hampir semua penginapan penuh dan ada beberapa penginapan yang masih kosong tetapi karna sewanya cukup mahal dan kami low budget maka kami cari yang paling murah. hihi.
Setelah mutar-mutar akhirnya dapat juga penginapan murah, dipusat kota lagi. Hotel Sejiwa, namanya keren ya. Tetapi harganya cukup Rp. 75.000 saja semalam. Penginapan ini hanya berbentuk persegi panjang yang hanya ada sekitar 8 kamar. Ini hanya rukoh biasa yang disulap jadi penginapan. Jadi semuanya nyaman kok, kamar mandinya saja menyediakan air panas. Tak kalah deh dengan Sulthan Hotel yang ada di Banda Aceh. Jika anda ke Sabang berdua, ada baiknya nginap disini, tetapi kalau lebih dari dua, saya saranin cari penginapan lain soalnya kamarnya sempit, gak muat untuk 3 orang lebih. Ada juga sebenarnya 2 kamar kapasitas besar dengan harga yang lebih mahal.
Malam pertama kami khususkan untuk istirhat dan tidak keluar penginapan. Soalnya kami semua kecapean dan lagi dirundung pilek akibat perubahan cuaca yang memang lagi musim hujan.
Paginya kami langsung diskusi mau keluar dan ngetrip, tetapi sebelumnya kami cari penginapan baru soalnya kamar yang kami huni untuk hari ini sudah di boking duluan. Ya,,,kami harus cari penginapan lain. Yup, tak butuh waktu lama kami langsung mendapatkan penginapan baru, karna dihari pertama kami keliling-keliling kota dan mengusai jalan-jalan kota, begitu juga penginapan-penginapan. Over all, udah tau semua. hihi. Tapi kali ini kami pilih homestay saja. Biar suasananya lebih berbeda dan merasakan tinggal dengan keluarga. Kamarnya cukup besar dan nyaman. Tak Lupa Spring Bed dan suasana rumah dengan harga Rp.150.000 semalam. Kami kira ini cukup murah untuk kamar senyaman ini dan dengan keluarga yang ramah lagi. Kami dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini. Malah, fasilitas dirumah ini diperbolehkan digunakan. Wah, enak kali homestaynya:).
Ok, tiba saatnya ngetrip. Tempat pertama yang wajib dikunjungi yaitu ikonnya kota Sabang, kilometer 0. Jarak tempuh kesana cukup jauh, karna kami cuma mengandalkan petunjuk jalan dan bantuan google maps dan dengan kecepatan motor yang nyantai sambil lihat pemandangan:). 1 jam habis diperjalanan. Akhirnya kami sampai juga di tempat fenomenal indonesia, daerah Indonesia yang paling ujung, kilometer 0. Jangan mengaku orang Indonesia sebelum menjejakkan kaki di tugu kilometer 0 ini, becanda hehe.
Tugu Kilometer 0 Indonesia
Berhubung saat kami datang kesini, lagi ada kontruksi pembangunan. Andai kami anda datang bangunan ini sudah siap, pasti sangat bagus hasil jepretannya. hehe. Oiya, katanya bangunan ini berbentuk pintu Aceh. Semua orang Aceh pasti taulah pintu Aceh. Pasti keren ni kalau sudah selesai.
Setelah Kilometer 0, kami beranjak ke destinasi berikutnya. Iboih. Ya, siapa yang tidak tau tempat ini. dengan keindahan pantai dan bawah laut yang memukau. Objek wisata ini paling di incar-incar dan wajib dikunjungi. Snorkling menjadi tujuan kami kali ini. Dengan menyewa alat dan perlengkapan renang yang hanya Rp.35.000/orang dan sewa boat Rp. 100.000 yang siap mengantar jemput kami ke pulau Rubiah. Bisa pakai sepuasnya lagi. Kalau ingin pulang tinggal telpon petugas boat dan dengan segera dia datang menjemput.
Keindahan bawah laut pulau Rubiah sangat mengagumkan, sampai-sampai teman-teman sudah ngajak pulang saya masih saja nyelam liat keindahan bawah lautnya. Gemas kali melihat ikan-ikan besar dan indah-indah. Ikan Nemo yang sangat fenomenal di Film Finding Nemo juga ada loh. hehe.
Perjalanan Pulang dari Pulau Rubiah
Masih banyak tempat-tempat wisata berkelas internasioanl lainnya yang ada di Sabang tetapi saya dan teman-teman tidak punya cukup waktu berhubung kami harus balik Banda Aceh hari minggu pagi. Masih banyak destinasi wisata di Sabang yang belum kami kunjungi dan kami akan kembali ke Sabang untuk mewujudkannya. Tunggu kami Sabang. :)
Beberapa jepretan amatir sewaktu ngetrip di Sabang
Masih banyak yang ingin saya ceritakan tentang Sabang, tunggu ditulisan selanjutanya:)
0 comments