Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".
Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi. Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2017 masehi "Tahun Tionghoa" dapat jadi tahun 4715, 4714, atau 4654.
Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa. Lalu bagaimana Tahun Baru Imlek ini juga terdapat di daerah yang minoritas Tionghoa. Apa tetap ada perayaan Tahun Baru Imlek ini.
Aceh merupakan salah satu provinsi yang mendapat perlakuan khusus dari negara. Mulai dari bagian daerah istimewa, hingga kepada perlakuan spesial atas negara dimana Aceh memiliki wewenang dalam mengelola sistem penerintahan berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Dalam hal ini, Aceh memiliki undang-undang khusus yaitu UUPA yang mengorginir semua sistem pemerintahan di Aceh. Sistem pemerintahan di Aceh saat ini lebih bersifat kepada syariat Islam. Dimana landasan dalam menjalankan pemerintah Aceh didasarkan kepada ajaran agama Islam.
Lalu, yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana perlakuan terhadap orang yang bukan bukan beragama Islam? Apa pemerintah Aceh mewajibkan mereka yang non muslim menaati sistem oemerintahan yang sudah ada ini. Lalu bagaimana dengan kerukunan beragama di Aceh. Kan semua pemerintahan Aceh berkiblat kepada UUPA yang lebih menekankan nilai religiusnya.
Awalnya saya juga berfikir seperti itu. Aceh dikekang dengan syariat islam, jadi kalau kita ke Aceh harus siap menjalani semua peraturan yang sesuai dengan syariat islam. Perempuan harus memakai jilbab,pakaian yang longgar, pakai rok atau gamis, tidak boleh pakai jeans, dan segala macamnya. Laki-laki juga dilarang memakai celana pendek diatas lutut. Semua yang dilarang agama juga diterapkan disitem pemerintahan Aceh. Dan point ini menjadi nilai ketakutan dimata publik dan menilai Aceh sangat tidak toleran terhadap agama lain.
Tetapi itu sepenuhnya benar. Aceh bukan seperti yang digambarkan oleh kebanyakan dari masyarakat. Aceh tidak sepenuhnya membatasi dalam hal ini memilih agama. Orang Tionghoa bisa bisa kok hidup beragam dan rukun di Aceh. Gereja, biara juga terdapat di Aceh. Dan salah satu yang menarik yang saya saksikan adalah ketika Tahun Baru Imlek. Dimana, tepatnya di Peunayong terdapat satu perkumpulan etnis Tionghoa yang begitu ramai. Dan disana juga tempat sembahyang orang Budha dan Hindu. Khususnya perayaan imlek ini, masyarakat yang etnis Tionghoa dipagi harinya tepat tanggal 28 januari 2017 melaksanakan ritual sembahyang disalah satu Vihara.
Jamaah cukup ramai melaksanakan sembahyang. Tetapi yang menjadi perhatian saya adalah pengunjung yang melihat mereka sembahyang. Masyarakat muslim menjadi penasaran tentang cara sembahyang mereka dan ini menjadi tontonan menarik masyarakat khususnya yang beragama Islam. Didepan Vihara ini mulai dipadati pengunjung dan sebagian malah masuk kedalam tempat sembahyangnya. Orang tionghoa yang sedang sembahyang tadi juga tidak merasa terganggu dengan ramainya masyarakat yang menonton mereka. Selesai sembahyang saya semakin kaget lagi, dimana para pengujung semakin berdesakan disepan gerbang masuk vihara. Rupanya mereka menunggu angpao dari orang tionghoanya. Dan anehnya, orang tionghoanya malah suka dengan kondisi ini dan mulai membagikan beberapa angpao kepada pengunjung. Yang meminta angpao nya bukan hanya anak-anak saja, tetapi ibu-ibu juga ada yang bergabung berdesakan demi angpao.
Menurut saya ini pemandangan yang luar biasa, dimana yang katanya Aceh sangat kentara dengan syariat islam tetapi ada sisi lain dimana toleransi beragama juga dijunjung tinggi. Jadi kalau ada anggapan yang mengatakan Aceh begitu apatis dan sebagainya, menurut saya itu keliru. Jika anda tidak percaya, ayok datang ke Aceh dan saksikan secara langsung. Saya yakin kalian akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari Aceh.
Nama saya Adil, berasal dari Mandailing Natal SUMUT sudah menyaksikannya