![]() |
Pemuda Tim 2 Ekpedisi Nusantara Jaya 2017 Aceh |
Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang
dunia. Itulah beberapa penggalan kalimat dari pidato sang inspirator
Indonesia. Soekarno, Presiden pertama Indonesia. Betapa dahsyatnya peran
"Pemuda" dimata Soekarno. Bukan hanya dimasa penjajahan, dimasa
orde lama, orde baru, hingga reformasi sosok "Pemuda" masih
sangat kentara.
Kali ini aku ingin berbagi cerita mengenai para
pemuda luar biasa yang dimaksudkan Soekarno tapi dalam kasus yang berbeda
namun dengan jumlah yang sama.Ya, 10 pemuda. Kami dipertemukan dalam
salah satu program dari Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman
(Kemenko) yang bernama Expedisi Nusantara Jaya (ENJ). Program tahunan
Kemenko dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Tahun 2017 ini
merupakan tahun ketiga diadakannya ENJ. Namun tahun ini ada 3 kelompok
sub jalur yang berbeda. Pertama ada jalur pelajar, yaitu dikhususkan
kepada pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Yang kedua jalur mahasiswa.
Dan yang ketiga jalur pemuda. Aku sendiri mencoba ikut berpartisipasi dalam
kegiatan ini melalui jalur pemuda.
Awalnya kami memang tidak saling mengenal satu
sama lain. Berbagai macam latar belakang, pendidikan, asal daerah, hingga
kepada hal yang lebih mendasar yakni agama. Tapi kami mampu membuatnya
menjadi satu seperti yang dicita-citakan sang Garuda lambang kemerdekaan Indonesia, Unity in diversity.
Aku akan memulai dari sedikit sudut pandangku
terhadap mereka, 10 Pemuda luar biasa:
1. Fadlian Noor, Pemuda asal Balik Papan
Pemuda ini terkenal dengan sarung kebanggaannya.
Motif kotak-kotak bercorak merah hitam ini menjadi semangat kepercayaan diri
baginya. Tipe pemuda pemikir dan juga santai. Pendiam dan sedikit
bicara, namun jika dikasih kesempatan berbicara maka tak ubahnya bagai dosen
Harvard University yang sedang menganalisis permasalahan dalam latar belakang
sebuah penelitian. Terobosannya langsung skakmat, tak terbantahkan. kalau
aku bilang sih pemuda ini tipe idealis dan pemikir, namun dalam tipe yang baru.
2. Hendra Butar Butar
Dari marganya anda pasti sudah bisa menebak. Ya,
pemuda yang satu ini berasal dari Medan. Namun logat dan tutur katanya tidak
mencerminkan kebanyakan orang medan. Pemuda yang satu ini cukup bersahabat dan
disukai semua peserta lainnya. Suka bercanda dan mudah tertawa. Pembawaannya
yang santai dan tidak neko-neko. Namun, jika dalam suatu pembahasan yang
serius. Pemuda ini bisa sangat menggila, bisa dengan mudahnya menanggalkan
kepribadian dia sebelumnya. Menjadi sosok yang edensionis dan amat serius.
Pemuda termuda dan sedikit emosional tetapi memiliki pengalaman luar biasa
yang membuatnya lebih matang dan siap jadi pemuda masa depan.
3. Rusfan Rinaldy
Pemuda berbadan tinggi dan tegap ini sedikit
membuat orang tidak terlalu nyaman disampingnya saat kesan pertama. Pernah
terpilih sebagai paskibraka tentu tak diragukan lagi ketegasannya. Namun,
ternyata dialah yang dimaksudkan pepatah. Jangan melihat buku dari sampulnya.
Pemuda asal Aceh ini mempunyai selera yang humoris. Suka mencairkan
suasana dan membuat orang tertawa. Namun jangan salah sangka, pemuda ini sangat
bertanggungjawab terutama mengenai posisinya sebagai ketua/kordinator
kami. Metode pendekatannya dengan masyarakat tak diragukan lagi.
Kamus bahasanya luar biasa dan cukup membuat orang terkesima oleh
dialektika susunan katanya, merelevankan semua keadaan.
4. Octo Obaja Sihombing
Pemuda yang satu ini membuat pemuda lainnya pada
iri. Ketampanannya tak diragukan lagi, berkulit putih, tinggi, dan hidung
mancung. Itulah gentelitas idaman wanita dizaman sekarang. Tapi bukan itu yang
ingin aku sampaikan tentang dia. Pemuda yang lahir di Langsa, Aceh dan sekarang
tinggal di Medan ini mempunyai sikap rendah hati dan sangat mengapresiasi
orang lain. Ini tipe pemuda langkah dizaman sekarang. Aku teringat ucapan
temanku (Guru Besar Universitas Syiah Kuala) ketika kami diskusi santai bersama
bule dari Perancis. Dia bertanya kepadaku "Kamu tau apa yang membuat orang
Barat amat dihormati masyarakat luas dimanapun?". Saya gak tau,
kenapa Pak? "Karena mereka selalu memuji dan mengapresiasi orang
lain". Secara pribadi tipe pemuda inilah yang aku sukai.
5. Al Hajjir
Glamoritas menjadi hal yang dominan
disombongkan dan menjadi standarisasi eksistensi kekayaan seseorang.
Walau sebenarnya dia termasuk dalam pepatah "besar pasak dari pada
tiang". Pemuda dari Aceh Selatan ini malah mengambil alur yang berlainan
atas glamoritas tipe pria. Baginya itu semua tidaklah penting walaupun dia
punya kesempatan akan hal itu. Cuek dan percaya diri yang tinggi. Mungkin
sedikit arogant tetapi aku katakan dia adalah tipe pemuda yang unik. Pemuda
yang menyukai anak-anak dan bukan sekedar pencitraan.
6. Abdillah
Kalau yang satu ini pemuda biasa saja. Penggila
novel dan suka mengunjungi rumah sakit jiwa, bercengkerama dengan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) di RSJ adalah hiburan tersendiri baginya. Pemuda asal
Mandailing Natal ini nekad kabur dari kampung halaman dan merantau ke Aceh
melanjutkan pendidikan tingginya. Sempat tidak mendapat izin orang tua namun
dengan gombalan mautnya akhirnya orang tuanya setuju. Dia tipe pemuda yang
tidak suka eksitensionalitas. "Berbuat sesuatu bukan untuk pengakuan"
adalah salah satu moto hidupnya. Pemuda ini punya kepedulian sosial yang
tinggi dan juga rajin.
7. Taufiq Hidayatullah
Kebanyakan orang merepresentasikan berambut
gondrong adalah simbol kehidupan yang acak-acakan dan pemuda yang malas. Tapi
aku dapat pelajaran baru dari pemuda Lhokseumawe berambut gondrong ini.
Pemuda gondrong justru lebih rajin dan menjaga penampilan, perlu perawatan yang
tak kalah saing dengan rambut wanita, bahkan pemuda satu ini juga di nobatkan
sebagai Duta Shampo karena terlalu sering dan lamanya dia mandi. Pembawaan yang
kalem namun juga bersahabat. Fotografi adalah kesukaannya, pemuda dibelakang
layar sangat cocok disematkan ke dia. Tapi yang kusukai dari dia adalah
pembawaannya yang sikap it'okay dan fun.
8. Husnul Fahmi
Pendiam dan tidak banyak bicara bahkan tidak
bicara sama sekali menobatkan dia sebagai Duta Terpolos kali ini. Pemuda
dari Aceh Besar ini memiliki sikap yang tertutup namun terbuka,
sedikit sulit diungkapkan tipe pemuda jenis ini. Namun dia punya trik jitu
pdkt (pendekatan) terhadap anak-anak. Aku tidak habis fikir, bicara dengan
anak-anak dia begitu semangat dan sebaliknya, anak-anak juga menyukai dia.
Tetapi jika bicara sesama kami, dia cenderung kaku dan membosankan. Dia juga
tipe pemuda aliran positivisme, penurut dan juga rajin serta ulet.
9. Ibrahim
Pemuda asap Subussalam ini membuatku terkesima.
Dia adalah sosok pemuda aktivis pendidikan dijaman sekarang. Event Hunter dan
juga sangat peduli terhadap isu pendidikan. Percaya diri dan juga rendah hati.
Walau sedikit presjudis namun yang paling saya jempolin adalah sifat penyayang
yang dia miliki. Tipe pemuda abad 21 yang diidamkan negara.
10. Murtaji
Pemuda yang satu ini tidak bisa aku
ungkapkan. Teramat luar biasanya hingga aku tidak bisa berkata-kata lagi.
Terlalu sedikit perumpamaan kata yang kumiliki untuk mendeskripsikan dia.
Bentuk kesempurnaan dari gabungan sifat kesembilan pemuda diatas adalah dia.
Good boy and cooler.
Semangat yang Membara
Jika kata Bung Rhoma Irama darah muda adalah
darahnya para remaja maka para pemuda ini akan mendapat julukan darah merah
jingga, melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian,
simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta,
perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan namun secara
keseluruhan memiliki kesan sebagai semangat yang bergelora. Perjalanan dari
daerah asal menuju Pulau Baguk, pulau terluar Indonesia ini menjadi tantangan
tersendiri. Salah satu peserta yang berasal dari kota Yogyakarta
misalnya, pemuda ini berangkat dari Jogja menuju Medan dengan pesawat, kemudian
dari Medan ke Singkil, Aceh dengan jasa rental mobil. Tiba di pelabuhan Singkil
sekitar pukul 4 pagi dan kemudian harus menunggu jadwal keberangkatan kapal
menuju Pulau Banyak. Menuju Pulau Banyak hanya bisa dengan tranportasi laut dan
dengan jarak tempuh sekitar 6 jam. Sangat melelahkan hanya untuk sekedar
perjalanan. Begitu juga dengan para pemuda lainnya, bahkan pemuda asal
Mandailing Natal nekad naik motor sendirian menuju Singkil dengan jarak tempuh
18 jam tanpa istirahat. Setiba di Pulau Baguk sendiri, perbedaan cuaca sangat
berbeda. Cuaca yang panas dan membuat cepat letih. Para pemuda ini pun harus
pandai-pandai mengakali supaya tidak jatuh sakit dan menghambat kegiatan
mereka. Beberapa program kegiatan tambahanpun diadakan melihat potensi yang ada
dan tentu saja dengan semangat para pemuda yang luar biasa. Begitulah semangat
para pemuda ini dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat Pulau Baguk.
Perspektif yang Berbeda
Perbedaan berpendapat cenderung membuat
perselisihan, namun juga menjadi nilai lebih jika mampu menyikapinya. Tentu
saja dalam menjalankan pengabdian ini kami mempunya perspektif yang
berbeda-beda. Hampir setiap diskusi prepair untuk kegiatan cenderung
berlangsung alot. Saling menyerang pendapat dan juga unsur menyindir salah satu
pihak. Tak jarang pula emosional dan bad mood menjadi targeting
yang tak terkendalikan. Namun pada akhirnya akan ada titik temu dan menjadikan
semuanya dalam perspektif yang sama.
Agen Perubahan yang Sesungguhnya
Kemandirian akan terlaksananya kegiatan ini
membuat predikat agen of change terhadap para pemuda ini. Dari daerah
yang berbeda-beda, jarak yang teramat jauh, dan juga keterbatasan biaya membuat
kepedulian yang sesunggunya. Apa ini bisa dikatakan sebagai "Bekerja
tanpa pamrih"? Ya, para pemuda ini menyiapkan pikiran dan tenaga untuk
membuat perubahan didaerah terpinggirkan dan jauh dari akses pemerintah. Hal
ini membuat daerah ini semakin tertinggal dengan perkembangan ekonomi hingga
kepada taraf hidup masyarakat kota. Tentu saja bukan hal tak biasa tanpa
dukungan dari sikap "kepedulian sosial yang tinggi". Namun dengan
tekad yang kuat mereka siap melaksanakan program dan mengabdi disalah satu
pulau terluar Indonesia. Jalesveva Jayamahe!